PENGARUH
ENKAPSULASI LOGAM TERHADAP NILAI CELAH PITA BORON
NITRIDE
NANOTUBES(4,4)
Pendahuluan
Perangkat elektronik dan optoelektronik banyak digunakan oleh
masyarakat,
dari peralatan rumah tangga sederhana
dan sistem multimedia untuk komunikasi, komputasi, dan instrumen medis. Mengingat
permintaan semakin meningkat, menumbuhkan
minat dalam pengembangan
perangkat nano
yang bisa memungkinkan
fungsi baru dan atau meningkatkan
kinerja. Kawat
nano
semi konduktor muncul sebagai bahan yang menarik,
melalui pengendalian pertumbuhan dan pembentukan, membuka peluang
besar untuk perangkat fotonik dan elektronik skala nano.
Contoh prototipikal dari
perangkat dengan potensi
yang luas untuk aplikasi adalah kawat nano Field Effect Transistor (FET) (Li et al.,
2006).
Material nano
yang
cocok untuk kebutuhan
semikonduktor bidang elektronik yaitu Carbon Nanotube (CNT). CNT
memiliki sifat konduktor ataupun semikonduktor, tergantung penggulungannya. Tetapi CNT memiliki
kelemahan pada stabilitas termalnya, karena CNT hanya mampu bertahan pada temperatur 500oC. Disisi
lain, ada material
non- organik yang dapat
digunakan sebagai pengganti CNT
yaitu Boron Nitride Nanotubes (BNNTs).
Gambar 1. Struktural model dari BN nanotube
BNNTs merupakan material yang akan dapat digunakan dalam berbagai
bidang. BNNTs dapat
dipintal menjadi
benang
putih dan tekstil
yang dapat diwarnai. Celah pita yang dapat diubah telah diteliti
sebelumnya untuk perangkat
optik dan elektronik. Bahan yang memiliki luas
permukaan dan kemampuan untuk mengikat hidrogen dan
molekul lain sehingga dapat
dipergunakan
dalam penyimpanan bahan bakar
yang bersih
dan efisien. Kekakuan dan kekuatan tarik,
dapat digunakan dalam struktur komposit dan alat pelindung
penyerap energi (Cohen et al.,
2010).
Sebagai analog
struktur dari CNT, BNNTs memiliki
sifat yang
istimewa
yaitu semikonduktor celah pita lebar. BNNTs juga tahan terhadap oksidasi, stabil hingga 700oC diudara. Sifat-sifat
yang
dimiliki ini menjadikan BNNTs kandidat
menarik untuk nanoelektronik sebagai
pengganti CNT.
Akan tetapi
BNNTs ini memiliki
kelemahan pada nilai celah pitanya, yaitu terlalu lebar
untuk material semikonduktor. Untuk aplikasi bidang elektronik,
sangatlah perlu mengubah struktur pita BNNTs
untuk
memperoleh
sifat semikonduktor.
Penelitian Chen
et
al. (2008) yang menggunakan
emas nano (Au) untuk menghiasi permukaan
BNNTs dalam upaya untuk memodifikasi properti listrik dan terkait fitur bidang emisi. BNNTs yang bersifat isolator menjadi logam setelah pelapisan. Pelapisan Au memodifikasi fungsi
kerja dari
BNNTs dan sebagai
akibatnya, bidang
emisi rapat arus Au- BNNTs secara signifikan ditingkatkan.
Hasil percobaan menunjukkan
bahwa seperti Au- BNNT fitur menjanjikan
electron field emitter.
Bererapa cara dapat dilakukan untuk mengubah nilai celah pita BNNTs, salah satu cara
yaitu dengan
enkapsulasi, menyisipkan suatu
materi
ke dalam rongga BNNTs. Enkapsulasi
dapat menggunakan
logam atau senyawa organik (He et al., 2008). Penelitian yang
sama juga
pernah dilakukan oleh
Guo
et al.,
(2011) dan Li et al., (2009). Logam yang memiliki
potensi bagus sebagai
materi enkapsulasi yaitu logam yang memiliki konduktivitas listrik yang tinggi yaitu logam Cu, suatu logam yang melimpahan
di alam dan memiliki
konduktivitas listrik terbaik
kedua setelah
perak. Selain
logam Cu, logam Fe juga dapat digunakan
mengingat logam ini juga memiliki
konduktivitas listrik
yang bagus. Metode yang digunakan yaitu Density Functional Theory (DFT) dengan
basis set Double Zeta Polarization (DZP).
Metode
Penelitian
Penelitian ini dilakukan
di laboratorium kimia komputasi
FMIPA UNNES. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah komputer dengan
spesifikasi sebagai berikut: Prosesor
tipe Intel(R)Core(TM)2 Quad CPU Q8400
@2,66 GHz dan Random Acces Memory (RAM) 2 GB. Perangkat
lunak yang digunakan dalam
penelitian ini pemodelan struktur
menggunakan Virtual Nano Lab, optimasi geometri struktur
BNNTs menggunakan Atomistix Tool Kit (ATK) 2008.10, pengukuran nilai
celah
pita
menggunakan Atomistix Tool Kit
(ATK) 2008.10, sistem
operasi
yang digunakan adalah Windows VistaTM
Business. Bahan
yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah Boron Nitride Nanotubes (4,4), logam Fe dan logam Cu yang
dibuat secara komputasi. Metode perhitungan menggunakan metode Density Functional Theory (DFT) dengan basis set Double Zeta Polarization (DZP).
Pembuatan pemodelan
molekul dengan membuka
program
Virtual Nano Lab, plilih dan klik dua kali ‘nanotube grower’, pada dialog ‘tube parameter’, masukkan nilai n=4,
m=4
lalu
klik
‘show’.
Drag ikon ‘draganddrop’ di
pojok kanan bawah, ke menu ‘bulk builder’. Tandai
atom karbon
yang ingin diubah menjadi
atom
Boron atau
Nitrogen. Klik ‘repetition’, masukkan
angka
3 pada
dialog box n(C) = 3, klik OK.
Save
pemodelan awal dengan nama BNNTs.vnl.
Opitmasi geometri BNNTs dengan
cara drag
ikon ‘draganddrop’ pada model BNNTs yang
telah
jadi
dalam
‘Bulk Builder’
ke
menu
‘nanolanguage scripter’. Pada dialog ‘configuration’ pada box
‘geometric
optimation’ pilih ‘steepest descent’. Pada dialog ‘analysis’ save data output dengan nama
‘BNNTs-Op.vnl’
dan pada
box
‘available quantities’ pilih ‘total energy’. Drag ikon
‘draganddrop’
ke menu ‘job manager’, maka pekerjaan akan running.
Optimasi Geometri BNNTs-Fe/Cu dengan membuka model
molekul BNNTs-Op.vnl setelah optimasi awal ke menu ‘bulk builder’, pilih Insert atom, memasukkan atom Fe/Cu lengkap dengan posisi koordinatnya. Drag
ikon
‘draganddrop’
pada model
BNNTs-Fe/Cu yang telah
jadi
dalam
‘bulk
builder’ ke menu
‘nanolanguage scripter’. Pada dialog ‘configuration’ pada box
‘geometric
optimation’ pilih ‘steepest descent’. Pada dialog
‘analysis’ save data dengan nama
‘BNNTs-Fe/Cu.vnl’ dan
pada
box
‘available quantities’ pilih ‘total energy’. Drag ikon
‘draganddrop’
ke menu ‘job manager’,
pekerjaan akan running.
Perhitungan nilai celah pita dengan membuka
data
BNNTs-Op.vnl pada cara kerja pertama. Drag ikon ‘draganddrop’ pada model BNNTs-Op yang telah
teroptimasi dalam ‘Bulk
Builder’ ke menu ‘nanolanguage
scripter’. Pada dialog
‘configuration’ pada box
‘geometric optimation’ pilih ‘no
optimation’. Pada dialog
‘analysis’
save data dengan nama ‘bandgap.vnl’ dan
pada
box ‘available quantities’ pilih ‘energy bands’. Drag ikon ‘draganddrop’ ke menu ‘job manager’, maka pekerjaan akan running. Melakukan
hal yang sama pada data BNNTs- Fe/Cu, dengan save data menggunakan nama
‘bandgap-Fe/Cu.vnl’.
Hasil dan Pembahasan
Pemodelan molekular merupakan suatu cara untuk menggambarkan atau menampilkan perilaku
molekul atau sistem molekul semirip dengan aslinya. Pemodelan molekular
menggunakan metoda-metoda mekanika kuantum, mekanika molekular, animasi, simulasi, analisis
konformasi serta
beberapa metode kimia komputasi lain yang memprediksi perilaku
molekul.
Gambar 2. Proses pembuatan pemodelan molekul BNNTs
Pemodelan awal yang terbentuk bukan merupakan konformasi
yang paling stabil, maka diperlukan
optimasi geometri yang
bertujuan untuk membentuk
pemodelan yang kestabilannya mendekati senyawa asli. Selama proses optimasi, semua komponen
yang memberikan kontribusi pada
energi dihitung. Setiap perubahan geometri akan
diikuti dengan perhitungan
energi. Proses
ini
terus diulang sampai
perubahan dalam energi
antara satu iterasi dan
gerakan selanjutnya berada dibawah harga standart parameter. Gambar pemodelan struktur dari BNNTs serta
BNNTs mengenkapsulasi Fe/Cu dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3.
Struktur teroptimasi untuk:
(a1) BNNTs tampak
depan, (a2)
tampak samping, (b1) BNNTs enkapsulasi Fe tampak depan,
(b2)
tampak samping,
(c1) BNNTs enkapsulasi Cu tampak
depan, (c2) tampak samping
Gambar 3
terlihat bahwa pada atom logam yang dienkapsulasikan yaitu logam Fe ataupun logam Cu tetap berada di
tengah rongga setelah optimasi, sehingga dapat
dikatakan bahwa
senyawa BNNTs
bisa menstabilkan atom logam agar
tetap berada di
tengah. BNNTs akan stabil menahan keberadaan
logam jika jari-jari logam yang disisipkan sesuai dengan
besarnya
ukuran rongga
BNNTs tersebut.
Tabel 1. Energi total senyawa
BNNTs sebelum dan sesudah
penambahan logam
Pada hasil perhitungan optimasi
geometri, didapatkan
data energi total yang disajikan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut dapat
dilihat bahwa energi
total
BNNTs mengenkapsulasi logam lebih
kecil dibandingkan
dengan
BNNTs, dengan adanya
enkapsulasi
logam akan menambah ikatan sehingga membentuk konformasi senyawa yang
lebih stabil. Sedangkan
untuk
enkapsulasi logam, enkapsulasi
dengan
logam
Cu memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan
dengan enkapsulasi dengan logam Fe.
Kestabilan dari sistem
BNNTs mengenkapsulasi Fe/Cu berasal dari adanya
interaksi
antara
atom
BN dengan atom logam,
dimana terbentuknya ikatan
lemah antar molekul yang disebut
ikatan
Van Der Waals. Gaya Van
Der Waals merupakan gaya antar molekul khas untuk
molekul nonpolar. Disebabkan karena
distribusi muatan yang sesaat tidak seragam (dipol sesaat) yang disebabkan
fluktuasi
awan elektron di sekitar inti. Dalam kondisi yang sama, semakin
banyak jumlah
elektron dalam molekul semakin mudah molekul tersebut akan dipolarisasi sebab elektron-elektronnya akan tersebar luas. Bila dua awan elektron mendekati satu sama lain, dipol akan terinduksi ketika awan elektron mempolarisasi sedemikian sehingga menstabilkan yang
bermuatan
berlawanan. Seperti halnya
pada penelitian He et al., (2008) yang meneliti tentang
prinsip awal BNNTs mengenkapsulasi molekul organik, menyatakan bahwa
adanya interaksi
lemah
antara BNNTs dan molekul
yang dienkapsulasi.
Kestabilan struktur BNNTs enkapsulasi Cu juga
diperkuat dengan data
dari
proses optimasi geometri, yaitu dari ‘Geometry Optimization
Step’. Dimana pada BNNTs enkapsulasi Cu hanya membutuhkan 10 kali pengulangan step
untuk
mendapatkan struktur stabil. Sedangkan untuk BNNTs
enkapsulasi
Fe memerlukan step
yang lebih banyak
yaitu 24 kali pengulangan.
Dalam optimasi goemetri dengan adanya logam Cu
di dalam
rongga BNNTs,
membuat
struktur
BNNTs lebih stabil dengan
banyaknya
elektron valensi yang dimiliki
logam Cu.
BNNTs merupakan senyawa mirip
CNT. Perbedaan kedua senyawa ini terletak
pada nilai celah pita, dimana
CNT
dapat
berupa metalik atau semikonduktor sedangkan BNNTs merupakan senyawa semikonduktor mendekati isolator. Maka
perlu adanya perubahan nilai celah pita
pada BNNTs
supaya senyawa
mirip CNT ini
dapat diaplikasikan sebagai
material semikonduktor. Salah satu
cara untuk mengubah
nilai celah pita BNNTs yaitu dengan enkapsulasi, yaitu
menyisipkan suatu senyawa atau logam ke dalam rongga
BNNTs.
Tabel 2. Nilai celah pita BNNTs
murni
dan yang telah mengenkapsulasi
Hasil penelitian
yang telah dilakukan, didapatkan nilai celah pita murni dari BNNTs dan yang telah mengenkapsulasi
logam dapat dilihat pada Tabel 2.
Nilai celah pita
dari BNNTs
murni
yaitu 4,31
eV, dimana nilai ini lebih kecil dibandingkan nilai dari percobaan laboratorium karena kecenderungan
metode DFT yang
dapat menurunkan nilai celah pita, dimana
hasil eksperimen menyatakan
bahwa nilai celah pita dari BNNTs
murni
berkisar ~5,5
eV. Struktur
pita
BNNTs yang telah mengenkapsulasi dapat dianggap
sebagai kombinasi sederhana
dari
struktur pita
BNNTs dan atom logam
didalamnya, karena interaksi lemah di antara keduanya.
Gambar 3. Stuktur pita dari: (a) BNNTs murni, (b) BNNTs mengenkapsulasi Cu, dan
(c) BNNTs mengenkapsulasi Fe
Gambar 3 dapat
diketahui bagaimana struktur pita
dari senyawa
BNNTs murni ataupun BNNTs yang mengenkapsulasi Fe/Cu. Untuk
Gambar
3 (a), merupakan struktur pita
dari BNNTs
murni
dimana
pita valensi/Highest occupied molecular
orbital (HOMO) berada pada energi -1,36 eV
dan pita konduksi/Lowest unoccupied molecular orbital
(LUMO) berada pada energi
2,95
eV.
BNNTs yang telah mengenkapsulasi Fe/Cu memiliki
struktur pita gabungan, yaitu naik
dan
turunnya energi HOMO dan
LUMO struktur pita
BNNTs. Logam Fe merupakan
atom golongan transisi yang memiliki
bilangan
oksidasi
stabil +2 atau
+3, sehingga terdapat 3 buah
energi orbital tambahan pada struktur pita gabungan pada Gambar 3 (c). Sedangkan
logam Cu merupakan atom golongan
transisi yang memiliki bilangan oksidasi stabil
+1 atau +2,
sehingga hanya terdapat
1 energi orbital tambahan pada struktur pita gabungan
seperti pada Gambar 3 (b).
Gambar 4. Perhitungan nilai celah pita BNNTs murni
Logam Fe, pita konduksi
(LUMO) berasal dari pita energi dari logam Fe
sendiri sedangkan pita valesnsi (HOMO) berasal pita energi BNNTs.
Nilai celah pita baru yaitu sebesar
2,82 eV.
Sehingga enkapsulasi menggunakan logam Fe
menjadikan BNNTs sebagai semikonduktor. Sedangkan untuk logam Cu, pita valensi berasal dari
pita
energi logam Cu dan pita konduksi berasal
dari pita energi BNNTs. Nilai celah pita dari Cu yang
dienkapsulasikan
BNNTs sebesar
2,16 eV. Enkapsulasi logam
Cu juga dapat menjadikan BNNTs bersifat semikonduktor.
Gambar 5. Perhitungan nilai celah pita BNNTs enkapsulasi Fe
Hal ini menunjukkan
perbedaan antara enkapsulasi menggunakan
logam
Fe atau Cu, dari perpaduan struktur
energi pita hingga
nilai celah pita, dimana kedua logam ini memiliki konduktivitas listrik yang tinggi. Tetapi kedua logam dapat mengubah nilai
celah pita BNNTs yang semula semikonduktor celah pita lebar (mendekati isolator) menjadi semikonduktor. Dengan
demikian ada
harapan untuk menjadikan BNNTs sebagai bahan yang
dapat diaplikasikan sebagai material semikonduktor dimana nilai celah pita dapat di
set bervariasi tergantung
logam yang dienkapsulaskan.
Gambar 6. Perhitungan nilai celah pita BNNTs enkapsulasi Fe
Simpulan
Boron nitride nanotubes
(BNNTs)
murni memiliki nilai celah pita lebar yaitu
4,31 eV;
nilai ini
lebih kecil
dari eksperimen (~5,5 eV)
karena penggunaan metode DFT
yang cenderung melemahkan nilai celah pita. Logam besi (Fe) yang dienkapsulasikan
pada BNNTs dapat menurunkan nilai celah pita menjadi
2,82 eV. Logam Cu yang dienkapsulasikan pada BNNTs dapat menurunkan nilai
celah
pita menjadi
2,16 eV. Dengan mengenkapsulasi logam Fe didapatkan penurunan energi LUMO pada
struktur pita
BNNTs dan
menurunkan celah pita sebesar
1,49 eV, sedangkan dengan mengenkapsulasi logam
Cu
didapatkan kenaikan energi
HOMO
pada struktur pita BNNTs dan menurunkan
celah pita sebesar 2,15 eV, maka
logam yang cocok untuk dienkapsulasikan
pada BNNTs yaitu logam Cu.